RAMADHAN DAN MUDIK UNTUK JATI DIRI
Seandainya kita mengetahui hakikat dari bulan ramadhan kita pasti menginginkan selama sebelas bulan lain juga merupakan ramadhan. Betapa tidak, di bulan ramadhan Allah memberikan “bonus” yang begitu besar bagi hamba-hambanya yang benar-benar memanfaatkannya. Seperti yang kita ketahui bulan ramadhan merupakan “Syahrul Ibadah” atau bulan ibadah. Dimana kuantitas ibadah kita pada bulan ini berlipat ganda dari pada bula-bulan lainnya.
Pada bulan ini Allah juga menurunkan banyak rahmat. Siapa yang tidak mendapat rahmat pada bulan ramadhan maka orang itu termasuk orang yang celaka, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, Allah meliputi kalian di dalam bulan tersebut, rahmat diturunkan, dosa-dosa dihapuskan, dan doa-doa dikabulkan. Allah melihat kalian semua berlomba-lomba di dalam bulan ini, maka Dia merasa bangga terhadap kalian dan para malaikat. Maka perlihatkanlah segala macam kebaikan diri kalian di hadapan Allah. Sebab orang yang celaka adalah orang yang terhalang mendapatkan rahmat Allah pada bulan tersebut.” (Riwayat Ath-Thabrani)
Sehingga seperti pemandangan yang terjadi di masyarakat, kaum muslim berlomba-lomba untuk mengisi ramadhan dengan meningkatkan ibadahnya. Setelah buka masjid penuh sesak untuk menunaikan ibadah terawih, malam hari tak pernah lengang suara bacaan al-quran dengan keras menggema melalui speaker sepanjang malam, apalagi pada sepuluh hari terakhir dimana kaum muslim berbondong-bondong ke masjid saat tengah malam untuk melakukan i’tikaf dan mengarap malam lailatul qodar. Dan sungguh-sungguh merugi apabila seseorang tidak memanfaatkan hari demi hari, jam demi jam dan detik demi detik di bulan ramadhan sebab belum tetu juga Allah mempertemukan kita lagi dengan bulan ramadhan.