de Joga and EVERYTHINGS

So, what will you DO? If you know,we are…

REFLEKSI HARI PAHLAWAN BEM ITS & BEM UNAIR

Di atas pusara Bung Tomo, BEM ITS dan BEM Unair melakukan refleksi untuk memperingati hari Pahlawan pada hari Rabu kemarin (9/10/2010). Kegiatan tersebut digunakan untuk memaknai arti penting semangat juang Arek-arek Suroboyo pada 10 Nopember dan merefleksikan dalam kehidupan untuk menumbuhkan semangat kepahlawanan.

Sejak pukul 19.30 acara pada malam sebelum 10 Nopember puluhan mahasiswa telah berada di depan kompleks pemakaman umum Ngagel. Pemilihan tempat refleksi di kompleks makam Ngagel sengaja dipilih karena disitulah bersemayam makam dari pengobar semangat juang 10 Nopember di Surabaya, Bung Tomo.
Dalam suasana yang khidmat dan haru, acara diawali dengan orasi dari Udin. “Mari kita tumbuhkan semangat kepahlwanan kita dengan cara mengoptimalkan kemampuan diri sebaik-baiknya untuk masyarakat luas.” Ungkap Wakil Presiden BEM Unair tersebut. Udin menjelaskan bahwa mereka sebagai mahasiswa juga bisa menjadi pahlawan di bidang masing-masing. Pahlawan entreuprenur, pahlawan akademik, pahlawan organisasi dan lain-lain.

Kemudian orasi dilanjutkan dari BEM ITS oleh Yoga Amersya Fitra. Menteri Koordinator Eksternal BEM ITS tersebut menjelaskan bahwa momen hari pahlawan terdapat dua makna penting. Yang pertama adalah ultimatum tentara Inggris yang dahulu dihadapi pejuang Surabaya kini juga dihadapi oleh mahasiswa. Namun ultimatum itu kini berubah tidak dalam bentuk ancaman, namun pemanjaan. “Kini wujud ultimatum bukanlah ancaman, tapi pemanjaan pada mahasiswa agar tidak lagi menyuarakan kebenaran.” tukas Yoga.
Yang kedua adalah idealisme vs realitas. Dia menjelaskan bahwa apabila dilihat dalam konteks logika arek-arek Suroboyo dengan senjata seadanya tidak mungkin menang melawan pesawat tempur, kapal, dan senjata yang lebih canggih. Tapi para pejuang tetap optimis untuk bertempur melawan sekutu. “Optimis itu muncul karena keyakinan para pejuang bahwa Allah berada di pihak yang benar. Meskipun mereka gugur, tapi berkat perlawanan tersebut Indonesia menunjukkan bahwa bangsa ini benar-benar ingin merdeka. Karena pahlawan tidaklah dilihat dari kemenangan, tapi pengorbanan.” jelas Yoga.

Setelah orasi dilanjutkan kontemplasi oleh Presiden BEM ITS dan Presiden BEM Unair. Dalu mengungkapkan bahwa krisis dari suatu negeri adalah takdir, namun yang menjadi masalah bukan krisis itu sendiri, tapi bagaimana orang-orang yang ada mampu menjadi pahlawan untuk melakukan perubahan. “Perubahan tidak dilakukan oleh banyak orang, namun diinisiasi oleh sedikit orang yang terpilih, dan itulah pahlawan.” Jelas Presiden BEM ITS.

Arif menyatakan bahwa pahlawan bukan hanya pejuang yang berada di medan perang, orang-orang yang memegang senjata ataupun seorang yang berlumuran darah. Pahlawan adalah sebuah nilai atas yang telah kita kontribusikan. “Pahlwan bukan suatu gelar atau sosok, tapi pahlawan adalah nilai-nilai apa yang telah kita perbuat untuk bangsa ini. Apa yang telah kita korbankan untuk negeri ini.” Pungkas Presiden BEM Unair.
Kemudian refleksi ditutup dengan penaburan bunga di atas makam Bung Tomo sekaligus menyanyikan lagu Gugur Bunga. Setelah itu bendera Merah Putih diselimutkan di atas makam. (dejoga)

15 11 10 Posted by | Informasi, Jurnalistik, Opini | , , , , , , | Tinggalkan komentar